Rabu, 22 Oktober 2014

Reportase: Pembangunan Jalan di Daerah Tanah Tinggi

Pembangunan jalan di daerah Tanah Tinggi kota Tangerang sudah berlangsung sekitar tiga bulan yang lalu. pembangunan tersebut di mulai dari sekitar pinggiran kali poris pelawad, melewati perumahan Taman royal dan berakhir di jalan Benteng Betawi Tanah Tinggi.

Pembangunan tersebut membuat beberapa rumah warga yang di bangun di atas tanah pengairan pemerintah itu ikut tergusur secara paksa dan tidak diganti rugi oleh pemerintah. dikarnakan tanah tersebut milik pemerintah, bukan tanah milik pribadi. hal tersebut membuat warga sekitar pematang kali merasa resah karna kehilangan tempat tinggal yang sudah mereka tinggali selama lebih dari 10 tahun.

Beberapa dari warga setempat sempat melakukan perotes, bahkan memberikan perlawanan kepada petugas saat penggusuran terjadi, mereka meminta ganti rugi kepada pihak pengelola. akan tetapi pemerintah tidak mau membayar ganti rugi tersebut. memang sudah seharusnya tanah pengairan milik pemerintah tidak di bangun banguna untuk tempat tinggal, karna sewaktu-waktu akan tejadi pemugaran lokasi untuk akses kepentingan umum, seperti pembangunan jalan yang sedang terjadi saat ini.

"Pembangunan jalan di sekitar pematang kali di daerah Tanah Tinggi ini menghabiskan dana kurang lebih sekitar 5 miliyar rupiah, pembangunan ini sudah berlangsung selama 3 bulan lebih dan masih terus berlanjut sampai 2 bulan kedepan" kata salah satu mandor yang bertugas di sekitar pembangunan.

Dengan berlangsungnya pembangunan jalan tersebut mengakibatkan beberapa warga kesulitan menggunakan kendaraan pribadi saat hendak keluar rumah. karna jalan yang biasa di pakai untuk akses keluar masuk daerah tersebut penuh dengan bebatuan dan di tutup untuk sementara.

"Dan pembanguna jalan raya ini juga bertujuan untuk memudahkan masyarakat untuk penggunaan akses jalan dari poris pelawad langsung menuju ke arah jalan raya Benteng betawi,  yang akan di bangun dua jalur besar kanan kiri." tutur salah satu pekerja di lokasi pembangunan.

Sabtu, 11 Oktober 2014

Opini : Sinema Elektronik (sinetron) & talk show di indonesia

  

Latar belakang

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya, sutradara terkenal asal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta).

Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.

Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga, kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini sangat digemari yaitu tentang kehidupan alam gaib.

Permasalahan

Sinetron sering menuai kontroversi dalam tayangannya. Kontroversi dapat timbul dari sisi cerita, penokohan, sampai nilai moral yang terkandung.

Cerita yang diusung oleh sinetron secara umum serupa satu sama lain. Tidak jarang diadaptasi dari serial drama populer dari mancanegara, baik secara legal mapun tanpa izin hak cipta penyaduran. Hal ini menimbulkan kritik-kritis mengenai kreativitas dalam pembuatan sinetron.

Sering dijumpai kejadian di dalam kisah sinetron yang tidak masuk akal. Baik dari perilaku tokoh cerita, kebetulan-kebetulan yang terjadi, sampai peristiwa yang berkaitan tentang proses hukum maupun kedokteran. Kesemuanya itu menjadikan sinetron semakin menuai kritik. Meskipun demikian, sinetron masih menjadi hiburan sehari-hari mayoritas penduduk di Indonesia. Selain itu, sinetron mendukung perkembangan perekonomian Indonesia dengan perputaran uang yang dipengaruhi iklan untuk hidup konsumtif yang dipadu oleh sugesti yang tersirat dalam kisah dan gaya hidup dalam sinetron tersebut.

Acara pada siaran Televisi kita semakin hari semakin membosankan, tak bermutu, dan terlalu naïf untuk di tonton oleh anak anak yang belum dewasa. Dalam hal menyajikan acaranya kebanyakan televisi di tanah air seperti memaksakan ide pada acara yang di tayangkan. Sehingga membuat para pemirsa menjadi jenuh.

Banyak sekali acara Televisi seperti talk show atau acara lainnya yang sangat tidak mendidik dan hanya mengandalkan goyangan-goyangan atau bahkan celaan-celaan yang sering di lontarkan antar sesama pemain lainnya yang selayaknya tidak pantas di tayangkan, karna kebanyakan dari pemirsa yang menyaksikan serial-serial tersebut adalah anak-anak yang belum cukup umur.

Akan tetapi serial-serial anak seperti kartun dan semacamnya malah semakin sedikit, dan lebih banyak sinetron-sinetron percintaan ketimbang serial-serial kartun anak. bahkan beberapa dari kartun anak ada yang ingin di hapuskan karna di nilai tidak mendidik. dan yang sekarang menjadi pertanyaan para orang tua adalah : Apakah sinetron-sinetron percintaan atau acara Talk show yang sedang banyak di gandrungi para remaja bahkan anak-anak itu lebih mendidik dari pada serial anak seperti kartun yang akan dihapuskan?

Tidak bermutunya acara telivisi kita, hal ini disebabkan tidak ada saringan yang di lakukan oleh Pemimpin Redaksi televise itu sendiri. Yang penting acara yang di pandu oleh para presenter dadakan ini mendapat rating tertinggi di tengah tengah pemirsanya. Jika sudah menjadi rating tertinggi dalam sebuah acara pihak televisipun mulai mengabaikan etika dalam berkata kata, tingkah laku dan gerakan tubuh para presenter yang terkadang mengarah kepada pencabulan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwanya bahwa acara impotaiment itu adalah haram. Karena di dalam acara tersebut lebih banyak mudratnya dari pada mamfaatnya. Karena urusan ranjang yang merupakan urusan rahasia bagi rumah tangga malah di umbar secara eklusif pada acara impotaiment. Aib rumah tangga adalah merupakan hal yang tabu untuk di beberkan secara luas ke muka umum. Akan tetapi acara inipulalah yang di gandrungi oleh para kaum hawa di tanah air.

Tampa kita sadari dampak dari sebuah tontonan pada acara televisi bisa merusak moral dan akidah seseorang. Bukankah banyak kejadian yang terhampar kepermukaan, terjadinya mesum, pelecehan sex, kejahatan pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan, karena pelakunya terinfirasi dari sebuah tontonan yang di sajikan oleh televisi. Masihkah kita tidak menyadari hal ini?

Acara acara yang di tampilkan oleh televisi kita yang semakin hari semakin tak bermutu. Bermutu atau tidaknya sebuah acara di televisi tidak menjadi persoalan bagi mereka. Yang penting acara tersebut dapat menghasilkan uang melalui sponsor iklan.

Acara televisi yang sekarang sedang menjadi tranding topic tersebut kebanyakan tidak ada yang memiliki pesan moral, bahkan lebih banyak hal-hal yang tidak bermoral, yang secara tidak langsung memberikan contoh yang tidak baik terhadap pengaruh pertumbuhan dan prilaku anak, yang tidak sedikit prilaku tidak baik tersebut di tiru oleh anak-anak.

Menurut Soekamto (1995) perubahan sosial (social change) adalah “Perubahan pada lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku individu serta kelompoknya”. Maka perubahan perilaku anak-anak setelah menonton televisi pun dapat mempengaruhi secara lembaga yaitu keluarga. Dalam keluarga setiap orang terikat dalam jaringan kewajiban dan hak yang disebut hubungan peran atau role relation (William J. Goode 2007: 1) sehingga dampak negatif televisi akan menggangu hubungan peran anak dengan orang tua karena ada nilai kesopanan yang berubah.

 Upaya mengatasi

Untuk mengatasi masalah ini harus ada solusi untuk mengatasinya. Solusi yang melibatkan berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini. Melibatkan para pemilik televisi, para produser dan insan pembuat sinetron, masyarakat dan organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang terkait. demi masa depan generasi penerus bangsa. Jangan sampai penerus bangsa kita menjadi tidak kreatif karena terbiasa dengan budaya menonton sinetron negatif. 


Cara Orangtua dalam Mengatasi Dampak dari Sinetron:
1. Pilih acara yang sesuai dengan usia anak.
2. Dampingi anak menonton ketika menonton sinetron.
3. Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV di kamar anak.
4. Tanyakan acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, dan ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif.
5. Perbanyak membaca buku.
6. Perbanyak mendengarkan radio.

Pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak saat menonton televisi adalah untuk membantu anak dalam masa perkembangan kognitif anak sehingga pekembangan-nya dapat tercapai secara optimal. Perlunya dukungan untuk belajar anak sangat diperlu-kan untuk perkembangan otak anak di masa anak-anak.

Saran

Kami berharap, semoga acara-acara televisi tanah air lebih mementingkan kualitas acara, dan bisa lebih bermoral lagi. bukan hanya menayangkan serial kurang berbobot yang tidak mendidik, tapi memberikan tayangan yang lebih bermanfaat dan lebih mendidik lagi.

Kamis, 09 Oktober 2014

Kebudayaan Dan Tradisi Negara India

India

 

        Republik India (भारत गणराज्य) adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, dan adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia dalam PDB, diukur dari segi paritas daya beli (PPP), dan salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. India, negara dengan sistem demokrasi liberal terbesar di dunia, juga telah muncul sebagai kekuatan regional yang penting, memiliki kekuatan militer terbesar dan memiliki kemampuan senjata nuklir.
         Terletak di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang 7.000 km, dan bagian dari anak benua India, India merupakan bagian dari rute perdagangan penting dan bersejarah. Dia membagi perbatasan dengan Pakistan, Republik Rakyat Tiongkok, Myanmar. Bangladesh, Nepal, Bhutan, dan Afganistan. Sri Lanka, Maladewa, dan Indonesia adalah negara kepulauan yang bersebelahan.
         India adalah letak dari peradaban kuno seperti Peradaban Lembah Sungai Indus dan merupakan tempat kelahiran dari empat agama utama dunia: Hindu, Buddha, Jainisme, dan Sikhisme. Negara ini merupakan bagian dari Britania Raya sebelum meraih kemerdekaan pada 1947.

Kebudayaan

        Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme[2] dan pluralisme budaya.[3] Kebudayaan ini terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan dan menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia.
        Kebudayaan tradisional India memiliki hirarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran dan kedudukan mereka dalam masyarakat.[4] Tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa dan roh yang dianggap berperan penting dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.[4] Dalam sistem kasta di India ditetapkan stratifikasi sosial dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak benua India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang mempraktikkan endogami, yang umum disebut jāti atau kasta.
         Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional. Walaupun demikian, rumah-rumah di perkotaan sekarang lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga besar. Di kawasan pedesaan masih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap.[4] Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkisme.[4] Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria dan pengantin wanita.[5] Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup,[5] dan angka perceraian sangat rendah.[6] Walaupun demikian, pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum.[7] Separuh dari populasi wanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum.[8]
Masakan Khas India: 
        Masakan India mencakup berbagai masakan khas dari berbagai kawasan di India. Ciri khas masakan India adalah pemakaian bumbu serta rempah-rempah yang beraneka ragam. Makanan pokok orang India adalah beras (terutama di India selatan dan timur) dan gandum di India bagian timur.[9] Rempah-rempah seperti merica aslinya berasal dari anak benua India. Cabai menjadi populer di India berkat diperkenalkan oleh orang Portugis.[10]

Pakaian tradisional
         Pakaian tradisional khas india berbeda-beda menurut daerahnya di India. Warna-warni dan gaya pakaian tradisional bergantung pada berbagai faktor, terutama iklim. Pakaian berupa kain yang disampirkan merupakan gaya busana yang populer di India. Wanita mengenakan pakaian yang disebut sari, dan pria mengenakan pakaian yang disebut dhoti atau lungi. Pakaian dari kain yang dijahit juga populer, seperti salwar kameez yang dikenakan wanita. Pria mengenakan kurta berikut piyama, selain celana panjang dan kemeja gaya Eropa yang juga populer.


         Sebagian besar hari libur di India merupakan hari raya keagamaan. Walaupun demikian, di India juga terdapat hari raya sekuler yang dirayakan tanpa memandang kasta dan kepercayaan. Hari raya yang dikenal di seluruh India, misalnya Diwali, Ganesh Chaturthi, Ugadi, Thai Pongal, Holi, Onam, Vijayadasami, Durga Puja, Idul Fitri, Bakr-Id, Natal, Buddha Jayanti, dan Vaisakhi.[11] India memiliki tiga hari nasional. Selain itu, India memiliki hari raya lainnya. Jumlah hari libur resmi antara 9 hingga 12 hari bergantung kepada masing-masing negara bagian. Kehidupan beragama merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dan bukan urusan pribadi.
Arsitektur India:  
         Arsitektur india sangat melambangkan kebinekaan kebudayaan India. Sebagian di antaranya, termasuk monumen megah seperti Taj Mahal dan bangunan berarsitektur arsitektur MughalMughal dan India Selatan merupakan campuran dari tradisi kuno dan beraneka ragam tradisi lokal dari berbagai wilayah di India dan luar negeri. Arsitektur vernakular juga menunjukkan variasi regional yang mencolok.



Musik India
         Musik india mencakup berbagai jenis musik daerah dan musik tradisional. Musik tradisional India secara garis besar dibagi menjadi dua jenis: musik tradisional Hindustani dari India Utara, Karnataka dari India Selatan, dan berbagai variasi darinya yang muncul di sebagai musik daerah di India. Musik filmi dan musik rakyat India merupakan bentuk-bentuk musik pop yang telah menjadi bentuk musik daerah. Musik yang dibawakan kelompok baul berakar pada tradisi sinkretisme, dan merupakan contoh musik rakyat yang dikenal luas.



Tari India:
         Tari india juga terdiri dari bentuk-bentuk tari klasik dan tari rakyat. Di antara tari rakyat India yang dikenal luas, misalnya: bhangra dari Punjab, bihu dari Assam, chhau dari Benggala Barat, Jharkhand dan sambalpuri dari Orissa, serta ghoomar dari Rajasthan. Akademi Musik, Tari, dan Drama Nasional India telah mengakui delapan bentuk tari sebagai tari klasik India. Di antara kedelapan tarian tersebut sebagian di antaranya dilengkapi narasi dan dipengaruhi unsur-unsur mitologi Hindu. Kedelapan tari klasik India yang dimaksud adalah: bharatanatyam dari Tamil Nadu, kathak dari Uttar Pradesh, kathakali dan mohiniyattam dari Kerala, kuchipudi dari Andhra Pradesh, manipuri dari Manipur, odissi dari Orissa, dan sattriya dari Assam.[12]
         Teater di India memadukan musik, tari, dan dialog yang memakai skenario atau improvisasi.[13] Kisahnya sering didasarkan pada mitologi Hindu, namun sebagian di antaranya mengambil ide dari kisah percintaan abad pertengahan, sambil menyinggung peristiwa-peristiwa sosial dan politik. Teater rakyat yang populer di India, misalnya: bhavai dari negara bagian Gujarat, jatra dari Benggala Barat, nautanki dan ramlila dari India Timur, tamasha dari Maharashtra, burrakatha dari Andhra Pradesh, terukkuttu dari Tamil Nadu, serta yakshagana dari Karnataka.[14]
        India memiliki industri film terbesar di dunia.[15] Bollywood memproduksi film-film Hindi yang laris. Industri film Bollywood berpusat di Mumbai, dan telah menjadi industri film paling produktif di dunia.[16] Selain Bollywood, film-film berbahasa Bengali, Kannada, Malayalam, Marathi, Tamil, dan Telugu juga didukung oleh industri film yang mapan.[17]
         Bentuk-bentuk awal sastra India berbentuk sastra lisan yang kemudian dijadikan sastra tertulis.[18] Kesusastraan India mencakup karya-karya sastra Sanskerta, seperti bentuk awal Weda, epos Mahabharata dan Ramayana, drama Sakuntala, puisi-puisi seperti Mahākāvya,[19] dan sastra Sangam dalam bahasa Tamil.[20] Di antara penulis India era modern terdapat sastrawan Rabindranath Tagore yang memenangi Hadiah Nobel tahun 1913.

Sayembar

        Sayembara (Sanskerta: स्वयंवर ; Swayamvara), pada zaman India Kuno, adalah usaha untuk memilih pasangan hidup di antara sederetan para peminang oleh gadis yang cukup umur untuk menikah. "Swayam" dalam bahasa Sanskerta berarti "sendiri" dan "Vara" berarti "memilih" atau "menginginkan".
       Dalam pelaksanaannya, ayah si gadis memutuskan untuk mengadakan sayembara memperebutkan puterinya pada saat dan waktu yang tepat, dan menyebarkan berita tersebut ke penjuru negeri. Para raja biasanya mengirim utusannya ke luar negeri dan menyebarkan berita tersebut kepada masyarakat.
        Pada hari dan tempat yang telah ditentukan, sederetan peminang datang ke rumah si gadis dan melamarnya. Si gadis dan keluarganya memilih salah satu di antara daftar para peminang, kadangkala menentukan hasilnya setelah peminang melaksanakan berbagai syarat tertentu. Ketika si gadis sudah menentukan pilihannya, ia mengalungkan karangan bunga kepada calon suaminya dan upacara pernikahan dilaksanakan dengan segera.

Bharat matrimony

         Konsep sayembara masih berlanjut hingga sekarang namun dengan perbedaan. Dalam seyembara masa lalu para pangeran dari kerajaan tetangga berkumpul di tempat sang pengantin dan yang paling layak dan yang paling tangkas di antara mereka semua akhirnya berhak menikahi sang puteri.
        Namun Sayembara masa kini lebih berbelit-belit. Beberapa anak muda, baik pria maupun wanita bertemu di tempat umum, berinteraksi dan kadang-kadang memilih pasangan. Belakangan ini, sebuah situs pernikahan di Internet yang disebut BharatMatrimony.com mengadakan semacam acara yang disebut Mega Swayamvaram 2007 di Chennai, India. Acara itu sukses besar dan lebih dari 10.000 bujangan dari berbagai kasta di komunitas Tamil diterima.

Ritual Budaya dan Tradisi Pernikahan Sebelum Menikah

Upacara Shagun
      Pertama-tama dalam melakukan hindu marriage mereka melakukan upacara Shagun. Sama saja dengan tradisi di Jakarta, orangtua termasuk ibu dari pihak pria datang menyambangi calon wanita. Ibu pihak pria akan membawakan hadiah berupa baju, sepatu, bahan pangan utama seperti beras, kacang-kacangan, perlengkapan harian yang biasa digunakan sang wanita dan juga perhiasan yang indah. Bersamaan dengan diantarnya hadiah ini, pada upacara Shagun akan dibicarakan tanggal pernikahan yang baik untuk kedua calon pengantin.

Upacara Mangni
      
Acara berikutnya adalah upacara Mangni, upacara yang dilakukan setelah upacara Shagun ini umumnya dilakukan di rumah keluarga wanita juga. Upacara Mangni adalah proses bertukar cincin. Budaya dan tradisi tukar cincin akan disaksikan seluruh keluarga.



Upacara Mehndi
      
Setelah itu upacara Mehndi, Wanita akan dipakaikan mehndi, proses ini bertujuan untuk menghias tangan dan kaki mempelai wanita. Upacara Mehndi diselenggarakan di rumah wanita. Calon mempelai wanita biasanya ditemani oleh teman-teman terdekat dan saudara sepupu yang belum menikah.

 

Ritual Budaya dan Tradisi Pernikahan Menjelang Hari Pernikahan

Pesta menari pun digelar sebelum hari pernikahan. Pelaksanaan dilakukan baik dirumah calon pengantin wanita dan pria secara terpisah. Orangtua atau anggota keluarga yang dituakan biasanya memberikan doa pemberkatan untuk pernikahan anak mereka. Ada juga doa untuk kebahagiaan rumah tangga sang anak. Proses ini tentu sangat terasa haru. Ada juga tarian dari teman-teman terdekat dan saudara sepupu yang isinya godaan-godaan karena saudara mereka sudah berhasil menikah lebih dulu. Biasanya ini ada paling terakhir dan semua akan terasa kembali ceria. Setelah upacara ini calon pengantin pria dan wanita tidak saling bertemu sampai upacara pernikahan berlangsung.

Upacara Pernikahan

    Upacara pernikahan dimulai setelah mempelai pria hadir di tempat pernikahan, sebagian menggunakan rumah wanita untuk jadi tempat upacara pernikahan. Iringan musik akan menemani keluarga pria, musik dan tarian ini disebut Baraat. Lalu keluarga wanita akan menyambut dan disebut dengan Varah Satkaarah.  Di pintu masuk aula ibu pengantin wanita menerima pengantin pria dengan menerapkan tilak (bubuk kumkum merah dan beras) untuk menandakan keberuntungan di dahi pengantin pria dan memberkatinya. Mempelai disambut dan diperlakukan seperti Mahawishnu seperti yang akan pengantin diperlakukan sebagai Laxmi (Maha Dewi). Imam dan orang tua pengantin wanita memimpin mempelai dan orangtuanya ke tahap di mana mereka diberi kursi sebelum dinikahkan.
     Pengantin wanita kemudian masuk di mandap dikawal oleh paman dari pihak ibu setelah itu ia duduk ke sisi kanan mempelai pria.
 
Achamana dan Angasparsha
      Semua upacara keagamaan Hindu mulai dengan dua perayaan, yaitu Achamana atau menghirup sedikit air dan Angasparsha atau anggota badan menyentuh seseorang dengan tangan kanan seseorang menggunakan dua jari tengah dengan sedikit air. Achaman adalah penyucian dan kondusif untuk sikap dan pikiran damai. Angasparsha dimaksudkan untuk berdoa demi mendapatkan kekuatan fisik dan kewaspadaan.

Upacara Madhuparka
    Madhuparka adalah minuman bergizi yang terdiri dari madu dan ghee atau mentega. Upacara Madhuparka sebagai sarana menyambut tamu. Dalam upacara pernikahan, madhuparka dilakukan kepada orangtua mempelai wanita. Tindakan ini merupakan simbol dari rasa manis dan sukacita bahwa harapan pengantin pria akan menjadi bagian dari kehidupan dan pengantin baru bersama-sama.

Kanya Daan
     Ini mungkin adalah bagian yang paling penting dan paling simbolis dari upacara pernikahan. ‘Kanya’ berarti anak perempuan dan ‘Daan’ berarti memberikan, maka dalam hal ini bagian dari upacara pernikahan orang tua pengantin wanita memberinya pergi dengan mempercayakan anak wanitanya diserahkan kepada mempelai pria. Imam terus melantunkan nyanyian ayat-ayat pernikahan dan pemberkatan dalam bahasa Sansekerta, untuk memberitahukan bahwa orangtua rela menyatakan keinginan dan persetujuan mereka, dengan meminta pengantin pria untuk menerima anak mereka sebagai istrinya.

Vivah-homa
       Semua ritual khidmat dan upacara dimulai dengan kinerja Homa (upacara api suci atau yajna Havan) di antara para pengikut agama Veda. Idenya adalah untuk memulai semua usaha menguntungkan dalam suasana kemurnian dan spiritualitas. Suasana ini dibuat oleh pembakaran herbal harum dan ghee  dengan pembacaan mantra atau ayat-ayat yang sesuai. The Achaman dan Angasparsha dilakukan untuk kedua kalinya, dengan pengantin wanita juga diikutsertakan.

Pani-Grahanam
      Ini adalah penerimaan pengantin wanita dengan mempelai pria sebagai istrinya. Pengantin pria segera mengangkat tangan pengantin wanita dengan tangan kirinya, kemudian berjanji untuk melindungi dirinya dan keturunan mereka, mengikuti jalan kebajikan dengan dia dan mengatasi semua rintangan sehingga mereka dapat hidup bahagia dan mencapai tujuan rohani mereka bersama-sama.

Pratigna-Karanam
     Pada tahap ini pasangan berjalan di sekitar api dan mengambil sumpah kesetiaan, kasih setia dan kesetiaan seumur hidup satu sama lain.

Shilarohanam
     ‘Shila’ berarti batu. ‘Arohan’ berarti naik atau melangkah di atas. Ibu dari pengantin wanita membantu untuk melangkah ke batu dan nasihat untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan baru. Sepasang suami-istri mungkin mengalami pasang surut, suka dan duka, sakit dan kesehatan. Terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi mereka diperintahkan untuk tetap teguh dan setia kepada satu sama lain.

Laja Homa
       Selama tahap upacara ini, persembahan yang dilakukan dihadapan api suci. Saudara laki-laki pengantin wanita menempatkan sajian biasanya berupa nasi goreng ke tangannya, setengah dari yang tergelincir ke tangan pengantin pria di bawah miliknya, yang kemudian tergelincir ke dalam api. Hal ini dilakukan tiga kali selama sementara pengantin wanita berdoa kepada Yama, Dewa kematian, untuk umur panjang, kebahagiaan dan kesejahteraan suaminya.

Serangkaian perawatan bayi di India

Menyapu Madu
       Menyapu madu adalah sebuah ritual perawatan bayi yang baru lahir dengan menggunakan madu yang sudah dicampur minyak savvennai yang dioleskan pada lidah sang bayi. Minyak savvenai adalah sebuah campuran minyak lenga, minyak bijan dan mambu yang dipercaya dapat melembutkan lidah bayi, menghindarinya dari berbagai penyakit serta memudahkan bayi belajar berbicara.

Upacara Aalati
        Upacara Aalati merupakan sebuah prosesi perawatan bayi sebelum bayi masuk ke rumah dengan tujuan menghilangkan segala malapetaka atau sebagai tolak bala. Dalam upacara ini menggunakan serbuk kunyit, kapur sirih, arang, dan kapur barus yang kemudian diangkat serta diputar sebanyak tiga kali.

Ritual mandi
        Selesai seorang ibu menjalani persalinan, dengan segera bayi dimandikan ketika petang yang dilakukan oleh wanita yang telah berpengalaman. Perawatan bayi yang satu ini menggunakan air suam yang dicampur dengan berbagai ramuan herbal yang nantinya akan dibasuhkan pada tubuh bayi.

Pengasapan bayi
        Selesai bayi dimandikan, perawatan bayi selanjutnya adalah dilakukan pengasapan pada bayi di atas kemenyan yang kemudian sang bayi akan dibedaki dengan tepung beras agar bayi tidak terserang ruam.

Mendodoi Bayi
        Mendodoi bayi merupakan teknik perawatan bayi yang sering dilakukan masyarakat India atau sering juga disebut taalaatu yaitu memberikan nasihat agar sang bayi kelak menjadi orang yang berguna.

Melempar bayi
        Untuk memperoleh keberuntungan, seorang bayi India diharuskan untuk dijatuhkan dari sebuah menara yang memiliki tinggi sekitar 50 kaki. Para bayi akan dibawa ke atas menara untuk dilemparkan ke bawah dimana di bawah ada pria yang bertugas menangkap bayi menggunakan sprei yang kemudian sang bayi akan dioper para penonton untuk dikembalikan kembali kepada ibunya.

Tradisi menyentuh kaki

        Di Indonesia namanya sungkem, budayanya orang Jawa. Kalau tradisinya orang India yaitu dengan menyentuh kaki. Beda dengan Namaste yang bisa dilakukan ke siapapun tanpa batasan umur. Kalau menyentuh kaki hanya dilakukan ke orang yang lebih tua.

        Tradisi menyentuh kaki adalah tradisi yang paling umum di India. Ketika seseorang menyentuh kaki orang yang lebih tua, itu tandanya sebagai penghormatan. Aspek terpenting dari tradisi dari India ini bahwa orang yang disentuh kakinya bisanya superior (unggul) secara usia dan posisi.
        Makna lainnya dari tradisi ini tidak hanya menghormati anggota keluarga yang lebih tua namun juga menghormati sisi spiritualisme seseorang. Biasanya kan keluarga di India tinggalnya sebagai keluarga besar, menyentuh kaki dilakukan oleh para anak lelaki dan menantu perempuan kepada orang tau dan kakek-nenek mereka.

Agama

        Mayoritas penduduk di India beragama Hindu 80.46%, Islam 13.49%, Kristen 2.34%, Sikh 1.87%, dan sisanya Buddha 0.71%, Jain 0.41%, dan Yahudi.



Minggu, 05 Oktober 2014

puisi

MENGALAH DENGAN INDAH

Sungguh sulit menaklukan amarah.
Selalu saja kita bisa terpancing.
Walau diri sudah bertekad.
Tapi selalu saja bisa terulang.

Sebaiknya kita makin menyadari.
Orang tak ingin merasa dipermalukan.
Apalagi dikatakan sebagai yang salah.
Walaupun memang nyatanya bersalah.

Diperlukan cara yang lebih cantik.
Bukan sekedar untuk menjadi pemenang.
Tanpa memiliki dasar yang kuat.
Agar hikmah besarnya dapat kita raih.

Ternyata mengalah itu begitu indah.
Walau awalnya terasa begitu berat.
Ternyata menjadi pemaaf adalah mulia.
Tanpa harus kehilangan kehormatan.



MERENUNG BEBAS.


Terkadang diriku suka merenung.
Berpikir dan terdiam.
Sendiri dan menyepi.
Begitu teduh dan nyaman.

Kubiarkan diriku menerawang bebas.
Gambaran-gambaran datang dan pergi.
Renungan seolah tak terkendali.
Terasa begitu senyap dan menyenangkan.

Ada kenikmatan yang tersendiri.
Bercengkrama dalam keheningan malam.
Sambil aku menulis sesuka hatiku.
Aku berharap dapatkan ide dan ilham.








Reportase : Panggung Gembira PP. Darul Muttaqien

PANGGUNG GEMBIRA 621 PUTRI; THE HISTORY GOES ON

Panggung Gembira merupakan salah satu acara tahunan yang rutin di laksanakan oleh Pondok pesantren moderen. seperti: pondok moderen Darussalam Gontor dan salah satunya pondok pesantren Darul Muttaqien. acara ini seperti halnya acara pentas seni/ pensi kebanyakan yang setiap tahun di adakan di sekolah-sekolah pada umumnya. tetapi acara ini di laksanakan di dalam lingkungan pondok pesantren yang di adakan semata-mata bukan hanya untuk hiburan, akan tetapi untuk pendidikan bagi seluruh santri.
acara ini menampilkan berbagai penampilan seperti: drama musikal, tarian-tarian tradisional, moderen dance, paduan suara, puisi, dan berbagai penampilan lainnya.

Panggung Gembira Darul Muttaqien juga merupakan puncak kegiatan, salah satu rangkaian dari beberapa rentetan acara Khutbatul Arsy, dengan semangat kratifitas yang tinggi juga kekompakan antara santri dan guru untuk membangun sebuah mahakarya, seluruhnya adalah murni hasil kreatifitas santri kelas 6/3sma  TMI, mulai dari persiapan panggung, dekorasi background, taman, dan penampilan-penampilan dikemas sedemikian rupa oleh santri kelas 6 TMI, dan melibatkan beberapa guru sebagai pembimbing.
 
Al-ma’hadu laa yanamu Abadan Pondok tak akan pernah mati dari kegiatan, falsafah tersebut memang benar, terbukti setelah kamis (18/9) lalu digelar Panggung Gembira putra, malam ini (25/9) sejarah telah dimulai dan harus harus terus berlanjut, Panggung Gembira putri yang dipelopori santri kelas 6 TMI menjadi contoh, menjadi cermin untuk semua santri. berbeda dengan tahun lalu background panggung masih memakai milik putra, dan kali ini santri putri sudah mampu menunjukkan bakatnya dengan mandiri membuat dekorasi background sendiri.

Apresiasi baik diberikan oleh beberapa guru, bahkan pimpinan Pesantren mengatakan ini adalah panggung pendidikan “Karena ini adalah momen yang paling baik, santri supaya memperhatikan pelajaran apa yang dilihat, didenganrkan, dikerjakan, dirasakan, dan yang dipikirkan ini adalah pendidikan. kelas 6 menyampaikan kreatifitasnya lebih dihargai sekalipun ada kekurangan dibanding orang yang hanya bisa berteori, naik panggung saja tidak berani. Yang penting berani tampil, jika salah diperbaiki, lebih baik lagi jika kekurangan itu dan dievaluasi dan betulkan”. Begitu paparan KH. Mad Rodja Sukarja selaku pimpinan pondok pesantren Darul Muttaqien pada sambutan pembukaan.

Totalitas kelas 6 dalam menyampaikan kreatifitasnya telah berhasil membuat mata melek tidak ngantuk, karena acara dikemas secara apik, menarik, dan dikelola secara totalitas tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam dan pendidikan di dalamnya. Dalam kesempatan evaluasi ust. Hendrizal Rasyid menambahkan “Acara ini bukan sekedar seru-seruan, rame-ramean, ini adalah wujud ukhuwah islamiyah, mereka mendekor bersama-sama, mendesain acara bersama-sama, tampil sama-sama, ini bukan masalah periode, bukan maslah angkatannya tapi di situlah ukhuwah islamiyahnya”.

Sejak 2 tahun terakhir ini penampilan acara Panggung Gembira didominasi dengan santri kelas 6, yang sebelumnya masih melibatkan seluruh santri. Namun ada dual hal yang berbeda dari tahun sebelumnya, pertama, ukuran panggung lebih besar, dan yang kedua adalah posisi panggung menghadap ke selatan yang sebelumnya menghadap ke utara. Acara berlangsung selama 3 jam, dihadiri oleh seluruh santri dan guru-guru.

kebudaya Betawi

SUKU BETAWI

Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.

Etimologi Betawi

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para ahli dan sejarahwan ada beberapa acuannya:
  • Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.
  • Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.
  • Flora guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau. Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling Betawi disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan "Bekawi" pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu.
Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"[3]
Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia" (nama lama kota Jakarta pada masa Hindia Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.
Batavia merupakan nama Latin untuk tanah Batavia pada zaman Romawi. Perkiraan kasarnya berada sekitar kota Nijmegen, Belanda, dalam Kekaisaran Romawi. Sisa lahan ini kini dikenal sebagai Betuwe. Selama Renaisans, sejarawan Belanda mencoba untuk mempromosikan Batavia menjadi sebuah status "nenek moyang" dari orang-orang Belanda. Kemudian mereka mulai menyebut diri Orang-orang atau penduduk Batavia, kemudian hal tersebut mengakibatkan munculnya Republik Batavia, dan mengambil nama "Batavia" untuk koloni mereka seperti Hindia Belanda, dimana mereka mengganti nama menjadi dari Kota Jayakarta menjadi Batavia dari 1619 sampai sekitar 1942, ketika namanya diubah menjadi Djakarta (ini adalah kependekan dari nama mantan Jayakarta, kemudian diubah kembali ejaannya menjadi Jakarta). Nama itu (Batavia) juga digunakan di Suriname, di mana mereka mendirikan Batavia, Suriname, dan di Amerika Serikat di mana mereka mendirikan kota dan kota Batavia, New York. Nama ini menyebar lebih jauh ke barat di Amerika Serikat untuk tempat-tempat seperti Batavia, Illinois, dekat Chicago, dan Batavia, Ohio.
Kemudian penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku yang pada masa hindia belanda, diawali dengan pendirian sebuah organisasi yang bernama Perkoempoelan Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923.[4]

Seni dan kebudayaan

Seni dan Budaya asli Penduduk Jakarta atau Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologis, semisal giwang-giwang yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Kabupaten Bekasi yang berasal dari abad ke 11 masehi. Selain itu budaya Betawi juga terjadi dari proses campuran budaya antara suku asli dengan dari beragam etnis pendatang atau yang biasa dikenal dengan istilah Mestizo . Sejak zaman dahulu, wilayah bekas kerajaan Salakanagara atau kemudian dikenal dengan "Kalapa" (sekarang Jakarta) merupakan wilayah yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara, Percampuran budaya juga datang pada masa Kepemimpinan Raja Pajajaran, Prabu Surawisesa dimana Prabu Surawisesa mengadakan perjanjian dengan Portugal dan dari hasil percampuran budaya antara Penduduk asli dan Portugal inilah lahir Keroncong Tugu.
Suku-suku yang mendiami Jakarta sekarang antara lain, Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Betawi juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Bahasa Betawi

Sifat campur-aduk dalam bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil dari asimilasi kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Bahasa melayu yang di gunakan suku betawi kebanyakan berasal dari daerah-daerah yang wilayahnya berdekatan dengan wilayah yang berbahasa melayu, seperti sulawesi dan kalimantan.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan antara suku Betawi dengan suku Sunda diwilayah lainnya tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi. Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[8] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran.


Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, orkes Samrah berasal dari Melayu, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki lagu tradisional seperti "Kicir-kicir".

Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek, tari silat dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Drama

Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadang-kadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.

Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. cerita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.

Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.

Rumah tradisional

Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya


Kepercayaan

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Profesi

Di Jakarta, orang Betawi sekarang sebagai hasil asimilasi antar suku bangsa, sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu program Ganefo yang dicetuskan oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena salah satu asal-muasal berkembangnya suku Betawi adalah dari asimilasi (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.

Perilaku dan sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo Gubernur DKI Jakarta (2007 - 2012) .
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca: Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

Makanan Khas Betawi

Kue-kue

Kue-kue khas Betawi misalnya kue cucur, kue rangi, kue talam, kue kelen, kue kembang goyang, kerak telor, sengkulun, putu mayang, andepite, kue ape, kue cente manis, kue pepe, kue dongkal, kue geplak, dodol betawi,dan roti buaya.

Minuman

Minuman Khas Betawi contohnya adalah es selendang mayang, es goyang, dan bir pletok. [sumber : wikipedia]