Sabtu, 11 Oktober 2014

Opini : Sinema Elektronik (sinetron) & talk show di indonesia

  

Latar belakang

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya, sutradara terkenal asal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta).

Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.

Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan menurunkan kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga, kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini sangat digemari yaitu tentang kehidupan alam gaib.

Permasalahan

Sinetron sering menuai kontroversi dalam tayangannya. Kontroversi dapat timbul dari sisi cerita, penokohan, sampai nilai moral yang terkandung.

Cerita yang diusung oleh sinetron secara umum serupa satu sama lain. Tidak jarang diadaptasi dari serial drama populer dari mancanegara, baik secara legal mapun tanpa izin hak cipta penyaduran. Hal ini menimbulkan kritik-kritis mengenai kreativitas dalam pembuatan sinetron.

Sering dijumpai kejadian di dalam kisah sinetron yang tidak masuk akal. Baik dari perilaku tokoh cerita, kebetulan-kebetulan yang terjadi, sampai peristiwa yang berkaitan tentang proses hukum maupun kedokteran. Kesemuanya itu menjadikan sinetron semakin menuai kritik. Meskipun demikian, sinetron masih menjadi hiburan sehari-hari mayoritas penduduk di Indonesia. Selain itu, sinetron mendukung perkembangan perekonomian Indonesia dengan perputaran uang yang dipengaruhi iklan untuk hidup konsumtif yang dipadu oleh sugesti yang tersirat dalam kisah dan gaya hidup dalam sinetron tersebut.

Acara pada siaran Televisi kita semakin hari semakin membosankan, tak bermutu, dan terlalu naïf untuk di tonton oleh anak anak yang belum dewasa. Dalam hal menyajikan acaranya kebanyakan televisi di tanah air seperti memaksakan ide pada acara yang di tayangkan. Sehingga membuat para pemirsa menjadi jenuh.

Banyak sekali acara Televisi seperti talk show atau acara lainnya yang sangat tidak mendidik dan hanya mengandalkan goyangan-goyangan atau bahkan celaan-celaan yang sering di lontarkan antar sesama pemain lainnya yang selayaknya tidak pantas di tayangkan, karna kebanyakan dari pemirsa yang menyaksikan serial-serial tersebut adalah anak-anak yang belum cukup umur.

Akan tetapi serial-serial anak seperti kartun dan semacamnya malah semakin sedikit, dan lebih banyak sinetron-sinetron percintaan ketimbang serial-serial kartun anak. bahkan beberapa dari kartun anak ada yang ingin di hapuskan karna di nilai tidak mendidik. dan yang sekarang menjadi pertanyaan para orang tua adalah : Apakah sinetron-sinetron percintaan atau acara Talk show yang sedang banyak di gandrungi para remaja bahkan anak-anak itu lebih mendidik dari pada serial anak seperti kartun yang akan dihapuskan?

Tidak bermutunya acara telivisi kita, hal ini disebabkan tidak ada saringan yang di lakukan oleh Pemimpin Redaksi televise itu sendiri. Yang penting acara yang di pandu oleh para presenter dadakan ini mendapat rating tertinggi di tengah tengah pemirsanya. Jika sudah menjadi rating tertinggi dalam sebuah acara pihak televisipun mulai mengabaikan etika dalam berkata kata, tingkah laku dan gerakan tubuh para presenter yang terkadang mengarah kepada pencabulan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwanya bahwa acara impotaiment itu adalah haram. Karena di dalam acara tersebut lebih banyak mudratnya dari pada mamfaatnya. Karena urusan ranjang yang merupakan urusan rahasia bagi rumah tangga malah di umbar secara eklusif pada acara impotaiment. Aib rumah tangga adalah merupakan hal yang tabu untuk di beberkan secara luas ke muka umum. Akan tetapi acara inipulalah yang di gandrungi oleh para kaum hawa di tanah air.

Tampa kita sadari dampak dari sebuah tontonan pada acara televisi bisa merusak moral dan akidah seseorang. Bukankah banyak kejadian yang terhampar kepermukaan, terjadinya mesum, pelecehan sex, kejahatan pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan, karena pelakunya terinfirasi dari sebuah tontonan yang di sajikan oleh televisi. Masihkah kita tidak menyadari hal ini?

Acara acara yang di tampilkan oleh televisi kita yang semakin hari semakin tak bermutu. Bermutu atau tidaknya sebuah acara di televisi tidak menjadi persoalan bagi mereka. Yang penting acara tersebut dapat menghasilkan uang melalui sponsor iklan.

Acara televisi yang sekarang sedang menjadi tranding topic tersebut kebanyakan tidak ada yang memiliki pesan moral, bahkan lebih banyak hal-hal yang tidak bermoral, yang secara tidak langsung memberikan contoh yang tidak baik terhadap pengaruh pertumbuhan dan prilaku anak, yang tidak sedikit prilaku tidak baik tersebut di tiru oleh anak-anak.

Menurut Soekamto (1995) perubahan sosial (social change) adalah “Perubahan pada lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku individu serta kelompoknya”. Maka perubahan perilaku anak-anak setelah menonton televisi pun dapat mempengaruhi secara lembaga yaitu keluarga. Dalam keluarga setiap orang terikat dalam jaringan kewajiban dan hak yang disebut hubungan peran atau role relation (William J. Goode 2007: 1) sehingga dampak negatif televisi akan menggangu hubungan peran anak dengan orang tua karena ada nilai kesopanan yang berubah.

 Upaya mengatasi

Untuk mengatasi masalah ini harus ada solusi untuk mengatasinya. Solusi yang melibatkan berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini. Melibatkan para pemilik televisi, para produser dan insan pembuat sinetron, masyarakat dan organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang terkait. demi masa depan generasi penerus bangsa. Jangan sampai penerus bangsa kita menjadi tidak kreatif karena terbiasa dengan budaya menonton sinetron negatif. 


Cara Orangtua dalam Mengatasi Dampak dari Sinetron:
1. Pilih acara yang sesuai dengan usia anak.
2. Dampingi anak menonton ketika menonton sinetron.
3. Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV di kamar anak.
4. Tanyakan acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, dan ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif.
5. Perbanyak membaca buku.
6. Perbanyak mendengarkan radio.

Pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak saat menonton televisi adalah untuk membantu anak dalam masa perkembangan kognitif anak sehingga pekembangan-nya dapat tercapai secara optimal. Perlunya dukungan untuk belajar anak sangat diperlu-kan untuk perkembangan otak anak di masa anak-anak.

Saran

Kami berharap, semoga acara-acara televisi tanah air lebih mementingkan kualitas acara, dan bisa lebih bermoral lagi. bukan hanya menayangkan serial kurang berbobot yang tidak mendidik, tapi memberikan tayangan yang lebih bermanfaat dan lebih mendidik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar